Kamis, 19 Februari 2015

Kerangkenk - Onslaught of Psychopath (2014)

Jomblo ngenes beraksi di hari Valentine, membunuhi semua pasangan sebisanya. (This is why you should never let a forever alone guy walk around the streets during Valentine's Day; he will kill every couple he sees)
(Bahasa Indonesia)

Akhir-akhir ini, saya mulai melihat tren di kalangan death metal Indonesia berupa band-band yang cenderung memiliki suara old-school, dengan Kerangkenk sebagai band yang paling memukau saya. Sebagai metalhead anak bawang, saya cukup terkejut ketika tahu bahwa mereka sudah ada sejak tahun 1994, walaupun pada tahun 2001 bubar dan berdiri lagi pada tahun 2006. Memikirkan tentang perjalanan Kerangkenk yang sangat jauh, saya berpikir bahwa perjalanan mereka banyak menumpahkan darah, keringat, dan air mata. Saya rasa perjuangan mereka tidak sia-sia sama sekali, karena mereka telah membuktikan bahwa mereka adalah salah satu band death metal tertangguh di Indonesia dengan album debut sekaligus mahakarya mereka sejauh ini, "Onslaught of Psychopath".

Kover album ini digambar oleh Gustav Insuffer (nama asli Gustaman Hendi), yang juga pernah menggarap kover album "Saguru, Saelmu, Tong Ngaganggu" oleh Undergod dan "Suffering of Human Decapitated" oleh Turbidity, dll. Seperti halnya garapannya yang lain, dia menggambarkan sebuah suasana mencekam nan berdarah yang dikemas dengan warna-warna gelap yang menambahkan atmosfer suram. Saya tahu kalimat saya yang ini terdengar agak hiperbolik, namun melihat garapan Gustav Insuffer selalu membuat hidung saya mencium bau anyir darah dan bau busuk seonggok mayat yang dilahap belatung. Kalau menurut saya, dia bagaikan Toshihiro Egawa-nya Indonesia. Oke, sekarang kita akan membahas tentang musiknya.

Produksi dari album ini patut diacungi jempol. Semua instrumennya dapat terdengar secara jelas, selain itu, suara yang dihasilkan terdengar seperti perpaduan antara suara old-school death metal dan death metal modern. Perpaduan ini cukup bombastis dan menarik. Saya harap kebanyakan album death metal zaman sekarang memiliki kualitas produksi yang kurang lebih sama dengan album ini.

Bukan hanya produksinya saja yang hebat, namun musiknya juga terdengar hebat. Chaqim Apoy merupakan drummer dari band ini. Suara drumkit-nya mungkin tidak sekeras suara drumkit dari drummer-drummer death metal lainnya, namun ia tetap memiliki kemampuan drumming yang sangat mumpuni. Permainan drumnya terdiri dari gebukan drum berkecepatan sedang dengan pattern agak rumit, sesekali diiringi dengan blast beat yang terdengar sangat brutal dan old-school yang menjadi pengiring yang brilian. Sebagai contoh, kita dapat mengambil lagu "Onslaught of Psychopath". Saya dapat memastikan Apoy dapat membuat malu bahkan drummer-drummer setingkat Flo Mounier dan Inferno.

Joely Jasta, sang bassist, banyak memainkan riff-riff tebal yang kebanyakan mengikuti permainan gitar, namun juga menambah kesan suram dari album ini. Sesekali, kita juga dapat mendengar riff yang cenderung groovy, seperti di lagu "Darah Itu Merah Jenderal".

Yang paling menarik dari album ini adalah peran Willy Kizl sebagai vokalis sekaligus gitaris band ini. Vokal growl-nya mengandung amarah yang mendalam, bagaikan seorang psikopat. Memang, vokalnya tidak bervariasi, namun performanya tetap hebat. Saya tidak tahu apakah album ini dinamakan "Onslaught of Psychopath" karena vokalnya terdengar seperti berasal dari seorang psikopat, namun saya akui, saya belum pernah mendengar vokal growl yang secara menakjubkan emosional seperti ini. Permainan gitarnya pun juga tak kalah menakjubkan. Willy banyak terpengaruh dari band-band beraliran old-school seperti Suffocation, namun juga menambahkan permainan yang sangat orisinal. Perpaduan ini menghasilkan musik yang cemerlang, dimana kita dapat mendengarkan sebuah band yang memiliki jiwa old-school tanpa harus mengorbankan orisinalitas musikal sama sekali. Riff-riff yang dimainkan Willy cenderung bertempo cepat dengan teknikalitas di atas rata-rata, sebagai presentasi dari old-school death metal, namun sesekali ia juga memainkan riff-riff lambat seperti di "Onslaught of Psychopath". Bahkan, ia juga menyempatkan diri memainkan riff slam di lagu "Venomous Suicide Victim". Tidak banyak band old-school death metal yang menambah variasi musiknya dengan riff slam, jadi ini cukup mengejutkan saya.

Namun, bagian yang paling saya sukai dari album ini adalah solo gitarnya yang cantik dan gila-gilaan pada waktu yang sama. Mereka mengingatkan saya pada band-band death metal asal Florida. Saya terutama suka dengan solo gitar di lagu "Carcass Carcass Carcass". Sekali lagi, saya tahu saya melebih-lebihkan saja, namun solo gitar di album ini terdengar seperti ratapan bidadari yang sedih oleh seluruh kekejaman yang terjadi di muka bumi.

Dengan mahakarya mereka ini, Kerangkenk berhasil mengukir nama mereka dalam sejarah death metal Indonesia sebagai salah satu band old-school yang patut diperhitungkan. Penggemar old-school death metal dari seluruh dunia perlu mengetahui Kerangkenk.

https://id-id.facebook.com/KERANGKENK
http://www.reverbnation.com/kerangkkenk
https://twitter.com/kerangkenk

(English)

It was not until recently where I realized that Indonesia starts spawning several old-school death metal bands, while one such band, Kerangkenk, puts me in interest a lot. As a new kid jumping on the Indonesian metal bandwagon, I was pretty surprised that they have been in existence since 1994, despite splitting-up in 2001 and getting reformed in 2006. As a 2-decade-old band, it's obvious that they have spilled a lot of blood, sweat and tears. And with their debut album (and so far, their masterpiece) "Onslaught of Psychopath", they have proven that they're one of the toughest Indonesian death metal bands and all the blood, sweat and tears they have spilled pay up. Absolutely.

The guy behind the cover art is Gustav Insuffer (real name Gustaman Hendi), who is best described as Indonesian Toshihiro Egawa. As with all his other arts, this one depicts a bloody and inhuman cruelty spiced up with dark colors that add to the unsettling atmosphere of the album. I know I am absolutely being hyperbolic right now, but every time I see a Gustav Insuffer's work (including this one), I am able to smell fresh blood, as well as a rotten, maggots-infested corpse nearby. Okay, we'll stop talking about him now and start talking about the music instead.

The production of the album is already a prestige. Everything can be heard clearly, besides, the sound is somewhere between old-school death metal and modern death metal. The combination is absolutely bombastic and interesting. I wish more modern death metal bands adopted the production quality this album possesses.

Not only is the production great, so is the music. Chaqim Apoy is the drummer of this band. His drumkit may not sound strong enough, but his wicked drumming skills really pay up. His drumming consists of mid-paced rhythms with complex patterns, accompanied with brutal yet old-school blast beats that sound really brilliant, like in the titular song. He would give the likes of Flo Mounier and Inferno a run on their money.

Meanwhile, the bass is played by a guy who goes by a name Joely Jasta. Hi there, Jasta! Is playing in Hatebreed with your brother Jamey boring enough that you finally decided to play in an Indonesian band? But, in all seriousness, he plays thick riffs which, while mostly following the guitars, add to the atmosphere of the music. Occasionally, his play can get groovy too, like in the song "Darah Itu Merah Jenderal".

Best of all are Willy Kizl's guitar work and vocals. His growls contain a profound anger like a psychopath. Sure, he doesn't add variety to his vocals, but the performance is still great. I'm not sure if they gave this album the name "Onslaught of Psychopath" for the fact that Willy growls like a fucking psychopath, but all I know is that his growls are amazing and emotional, unlike most other brutal death metal vocalists I've ever heard before. His guitar work is even more exciting than his growls. Willy is widely influenced by old-school death metal bands such as Suffocation, while also adding some original songwriting. This results in a moment full of excellence, where we can see that an old-school death metal band can still come up with an original songwriting despite the old-school sound they have. Willy usually plays fast-paced riffs with an above average level of technicality, but he also slows down occasionally, with the titular song being an excellent example of this. What surprises me most is when he plays some straight dirty slam riffs in the song "Venomous Suicide Victim". As far as I know, Kerangkenk is the only modern-time old-school death metal band ever to play slam riffs.

However, the guitar solos here are the part I like most. They sound beautiful and wicked at the very same time. They sound like something a Florida death metal band would come up with. I especially like the ones in the song "Carcass Carcass Carcass". I know I am being hyperbolic again, but these solos sound like a wailing of an angel who is saddened by various cruelties happening in our Earth. As a fun fact to show how wickedly great Willy is, I'll have you know one thing; he is left-handed, which is something rarely heard about a guitarist. To prove my sentence, I have a link to a promotional clip of their song "Carcass Carcass Carcass"; http://www.youtube.com/watch?v=9UaKk-y5c8o

This album is a great onslaught, and Kerangkenk has carved their name permanently on Indonesian death metal history as one of the best acts that also happen to be old-school. Old-school death metal fans around the world need to know about them.

https://id-id.facebook.com/KERANGKENK
http://www.reverbnation.com/kerangkkenk
https://twitter.com/kerangkenk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar