Minggu, 01 Februari 2015

Mayat - Timoer Democracy (2006)

Gue mau dikubur di situ kalau gue mati :P (I wanna be buried there if I die :P )
(Bahasa Indonesia)

Mayat adalah sebuah band brutal death metal dari Jakarta Timur. Mereka sudah ada sejak tahun 1994 dan telah merilis dua album full-length dan satu album split. Saya tidak bisa menemukan album full-length pertama mereka yang bertajuk "Aborsi" dan album split mereka yang bertajuk "Total Flagellum Blast", jadi saya hanya akan mengulas album full-length kedua mereka yang bertajuk "Timoer Democracy" dan dirilis oleh Recluse Production, sebuah label asal Singapura.

Kita mulai dengan produksi rekaman album ini. Produksinya cukup apik dan profesional, semua instrumen yang dimainkan dapat terdengar dengan jelas, namun bukan berarti produksinya terdengar terlalu "clean". Justru, produksinya memberi kesan old-school, seakan-akan album ini direkam pada pertengahan tahun 1990-an. Produksinya seolah-olah mengajak pendengar masuk ke sebuah rumah tua dengan galeri besar yang menggambarkan berbagai kejadian mengerikan yang terjadi di rumah tua tersebut. Musik yang dihasilkan juga mengagumkan dan brutal. Sang drummer, Andri Bagol, memainkan irama-irama yang cepat, menaikkan adrenalin, dan cenderung mirip blast beat dengan pola yang sederhana namun berkekuatan penuh, diiringi dengan double bass yang menambah kepadatan musik yang dimainkan oleh Mayat, seperti pada track "Saling Membunuh". Memang, suara snare-nya terdengar sedikit mirip tong sampah, namun setidaknya tidak separah beberapa band lain. Permainan drum Bagol terdengar seperti rentetan tembakan senapan yang memuntahkan peluru-peluru tajam yang menembus tubuh. Namun menurut saya, akan lebih bagus lagi jika Bagol sesekali memperlambat permainan drum-nya. Meskipun demikian, rasanya belum pernah saya mendengar permainan drum se-sadis ini. Bagol mempelajari keterampilan beberapa drummer death metal seperti Chad Walls dari Brodequin dan mengimprovisasinya lebih lanjut dengan intensitas dan kerumitan tingkat tinggi dengan tetap menjaga sikap kompeten sebagai seorang drummer.

Joy Junior, atau pendeknya J'R, adalah vokalis sekaligus bassist dari band ini. Vokal growl-nya sangat dalam, ganas, dan penuh amarah. Liriknya pun bukan lirik sembarangan. J'R menceritakan kebobrokan moral, kekejaman perang dan kebusukan politik. Selain itu, permainan bass J'R terdengar sangat jelas dan tidak kalah dominan dengan instrumen lainnya. Nada yang dimainkannya menambahkan atmosfer mencekam dari musik yang dihasilkan. Bukan hanya itu, permainan bass J'R terkadang bisa menjadi sedikit melodis untuk menambah variasi. Sekarang ini, banyak band brutal death metal yang cenderung tidak mempedulikan permainan gitar bass. Saya berharap, mereka bisa belajar dari Mayat untuk selalu memberi perhatian pada permainan bass.

Permainan gitar Tomy Garcia terinspirasi oleh band-band seperti Brodequin, Terrorizer dan Bloody Gore. Riff-riff yang dimainkannya cepat, intens, dan tidak memberi ampun, tidak ubahnya death metal pada era 90-an. Sesekali, dia juga memainkan riff-riff tidak lazim seperti di track "Kekalahan Dunia Langit" dan "Morale Disgrace", namun riff tersebut tetap bersatu dengan musiknya dengan kompak, sehingga tidak terdengar terlalu aneh. Omong-omong, riff tersebut terdengar seperti Grausig, salah satu band favorit saya. Apakah Tomy juga terinspirasi oleh Grausig? Entahlah, yang penting adalah permainan gitar Tomy sangat apik. Album ini adalah salah satu dari sekian album brutal death metal  yang cukup bagus yang dirilis sebelum Siksakubur merilis album "Tentara Merah Darah" pada tahun 2010.

Pada 17 Juni 2012, gitaris Tomy Garcia menghembuskan nafas terakhirnya. Saya masih tidak tahu apa penyebab kematiannya, namun apapun penyebabnya, saya turut berduka cita. Jasamu dalam skena brutal death metal Indonesia tidak akan pernah dilupakan, Tomy.

(English)

Mayat is a brutal death metal band band from the East Jakarta. They have been around since 1994 and have released two full-length albums and one split album. I cannot find both their debut full-length "Aborsi" and split album "Total Flagellum Blast", so I will review their second full-length, titled "Timoer Democracy" and released by Recluse Production, a Singaporean label.

The production is pretty decent and professional, all the instruments are audible, but it does not possess a sterile clean sound. In fact, the production sounds rather old-school, as if the album was recorded in the 1990's. It feels as if you were inside an old, abandoned house with a gallery which depicts lots of inhuman acts that ever happened there. The music is amusing and brutal as well. The drummer, Andri Bagol, plays fast-paced, adrenaline-inducing rhythms that resemble blast beats with simple patterns yet powerful execution, accompanied with double bass, which adds to the density of the music. The best example of his drumming is the track "Saling Membunuh". Sure, the snare has that thudding sound, but it's not as bad as many other bands. Bagol's drumming sounds like a bunch of long, rapid shots which spew forth sharp bullets, but it would have been a little bit better if Bagol occasionally slowed down his drumming. That being said, I think Bagol is the most savage brutal death metal drummer ever in existence. He takes the skills of drummers like Chad Walls of Brodequin and improves them with a high level of intensity and complexity, while still retaining the competency of a drummer.

Joy Junior, or J'R for short, is the vocalist and bassist of the band. His growls are deep, vicious, and furious. Not only that, he also sings about moral breakdown, cruelties of war, and how putrid politics are. These lyrical themes are the icing on the cake. His bass is also pretty prominent. It adds to the eerie atmosphere of the music. Sometimes, J'R's performance hints a few melodies which add to the variety. Nowadays, many brutal death metal bands overlook bass guitar performance. I hope they learn from Mayat when it comes to bass performance.

A guy called Tomy Garcia plays the guitars here. He is influenced by bands like Brodequin, Terrorizer, and Bloody Gore. He plays fast, intense and merciless riffs that sound like they came straight from the 1990's. Occasionally, Tomy also plays unusual riffs like in the songs "Kekalahan Dunia Langit" and "Morale Disgrace", which add well to the music. Speaking of which, they remember me of an old Indonesian death metal Grausig. Has Grausig influenced Tomy in the guitar work? I don't know, but obviously, Tomy's guitar work is just epic. Timoer Democracy is one of the best Indonesian brutal death metal albums ever released in the 2000's, before Siksakubur released their awesome "Tentara Merah Darah" in 2010.

On June 17th 2012, guitarist Tomy Garcia died. I have yet to know the cause of his death, but whatever the cause is, I would like to say rest in peace. Tomy's contribution to the Indonesian brutal death metal scene sure is overlooked, but it lives forever in my heart.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar